Selasa, 25 September 2012

ANAK SEMATA WAYANG, ENAK GAK ENAK


Cerpen ini ditujukan buat kalian yang jadi anak semata wayang wajib baca yaa :) tapi terbuka buat umum siapa aja boleh baca, cerpen ini tulisan gua loh waktu kelas 1 SMA tugas guru dan alhamdulillah dapet nilai yang tinggi. Baca ya silahkan 
   Aku adalah seorang anak tunggal dari pasangan Andi dan Yuli. Namaku Ayu, usiaku sekarang sudah beranjak dewasa sekitar lima belas tahun sudah, masih duduk di bangku sekolah. Sekolah ku di salah satu MAN percontohan di Jakarta, banyak yang bilang sekolahanku sekolah yang berkualitas tinggi. Waktu aku pertama kali mau masuk SMA, aku mau SMA Negeri yang biasa-biasa saja karena waktu SMP aku sekolahnya di sekolah islam juga di salah satu MTsN di Jakarta. Maka dari itu untuk SMA nya aku nggak mau di sekolah islam lagi.
    Tapi ibu sama ayahku maksa banget untuk aku masuk ke sekolah islam lagi, kata mereka sih sekolah islam itu lebih tertata akidah serta akhlaknya. Tadinya sih aku agak males untuk ikutin kemauan ibu dan ayah, tapi setelah aku pikir-pikir lagi kerena aku anak semata wayang mereka, ya sudahlah aku turutin aja kemauan ibu sama ayah, mungkin mereka mau ngasih pendidikan yang terbaik untuk anaknya yang semata wayang ini. Akhirnya, aku coba daftar dan ikut tes di MAN tersebut. Saat waktunya tiba alhamdulillah aku bisa     lulus dari MTsN dan alhamdullilah juga aku udah bisa, masuk di MAN yang ibu sama ayah mau.
   Tiga bulan berlalu untuk aku adaptasi di sekolah karena suasana dan teman-temanpun sudah berbeda, aku merasa sudah nyaman di sekolahan itu apalagi teman-teman sekelasku baik-baik jadi aku berfikir “ternyata enak juga ah sekolah di sekolahan islam negeri.” Pernyataan ku yang ku nyatakan dalam hati. Itu salah salah satu contoh tadinya nggak enak berubah jadi enaknya aku sebagai anak semata wayang tapi ada yang nggak enaknya juga sih jadi anak semata wayang.
  Nggak enaknya kalau lagi di tinggal ibu dan ayah pergi trus lagi nggak ada pembantu dirumah pasti tuh, aku sendirian nggak ada temannya dirumah, apalagi aku orangnya males yang namanya keluar-keluar rumah karna teman-teman rumah aku juga nggak ada yang setara umurnya kebanyakan tuh anak-anak kecil. Aku merasa kalau ditinggal ibu sama ayah tuh, kayaknya sepi banget rumah kadang kalau sepi gitu aku sering mengisi waktu kosong itu dengan belajar, ngerjain tugas-tugas sekolah, buka internet untuk online atau sambil nyari-nyari pengetahuan yang aku belum pernah tahu sebelumnya, pernah aku iseng-iseng nyari makanan termahal didunia misalnya lagi rumah terunik ya,, macam-macamlah semua hal yang belum aku tahu dan bermanfaat nantinya.
  Selain itu juga nggak enaknya kalo lagi jalan-jalan sama ibu dan ayah karna banyak yang bilang aku udah kayak anak mami, tapi kalau lagi jalan-jalan apalagi jalannya itu ke MALL ada enaknya kalau mau beli sesuatu pasti orang tua bisa beliin tapi juga liat-liat dulu sih kalau mahal ya paling disuruh ngumpulin uang dulu baru orang tua yang nambahin kekurangannya. Dan kalo aku lagi pengen jalan bareng teman-teman aku, pasti saja orang tua aku nggak akan ngijinin dan tak jarang teman-teman menyebutku dan memanggilku anak mami, gak gaul lah, gak asik lah, dan aku juga dibilang terlalu menuruti apa kata-kata orang tua. Sebenarnya aku juga suka sebel sama orang tua ku yang terlalu over menjaga bahkan teman-teman ku bilang aku terlalu di manjakan oleh orang tua ku.
  Tapi aku sadar mereka seperti itu karena mereka sayang sama aku. aku pun juga suka iri kepada teman-teman ku yang bisa jalan-jalan, makan-makan, foto-foto bareng di tempat yang jarang aku kunjungi. Pernah sekali aku berbohong kepada orang tua ku, pada saat teman-teman ku mengajakku pergi ke kota tua karna salah satu dari temanku berulang tahun dan rencananya akan dikerjain dan setelah itu dia bilang sebelumnya akan mentraktir aku dan teman-temanku.
  Pada saat itu aku meminta izin terlebih dahulu kepada orang tuaku. Aku sih alesannya ingin mengerjakan tugas kelompok di rumah teman sebangku ku. pada saat itu orang tuaku tidak menaruh kecuriga sedikit pun kepadaku. dalam hati ku berkata “yes ayah sama ibu ga curiga, hehe berti aku bisa pergi sekarang juga. Yeah..” ku berkata di dalam hatiku dengan nada gembira tanpa ada kekhawatiran.
  Setelah aku bersenang-senang di kota tua, aku tak sadar ternyata 5 menit lagi sudah akan azan maghrib pada saat itu handphone ku baterainya habis dan orang tua ku tidak bisa menghubungiku. Di rumah, orang tua ku sangat menghawatirkan aku, mereka takut ada sesuatu yang buruk terjadi padaku, maklum aku ini anak semata wayang mereka. Dan tanpa ku sadari ternyata orang tua ku menghubungi teman ku yang pada saat itu dia tau aku sedang berbohong dan sedang berada di kota tua. dan dengan jelas ia memberitahukan kepada orang tuaku kalau aku sedang berada di kota tua untuk menghadiri acara ulang tahun temanku.
  Sampailah aku di rumah kira-kira jam setengah delapan malam. Aku sangat takut karena aku telah berbohong kepada orang tua ku. sesampainya aku di dalam ruang keluarga “trek” bunyi suara lampu yang dihidupkan. Aku sangat kaget melihat orang tua ku sedang berdiri di samping saklar lampu. Lalu ibu ku pun berkata “dari mana saja kamu, selarut ini baru sampai di rumah? biasanya kamu tidak pernah selarut ini pulang sekolahnya.” Ujar ibu sambil memarahi ku. Dan aku pun menjawab “maaf bu tadi ayu habis dari rumah aqif teman sebangku ku itu loh bu, untuk kerja kelompok bahasa Indonesia.”ujar ku berbicara dengan suara bergetar.
  Ibu ku pun menjawab lagi “kamu sudah mulai berani ya sekarang berbohong sama ibu......? ibu kan gak pernah ngajarin ayu untuk berbohong seperti ini, apalagi berbohong kepada orang tua. Ckckck.. kamu bohong kan? kamu tadi bermain dengan teman-teman kamu di kota tua kan? jawab ibu!!!” ujar ibu ku dengan nada tinggi. Dan pada akhirnya aku pun dengan nada ketakutan jadi berkata jujur kepada orang tua ku. aku berkata “i..iya bu.. ayu bohong, karna kalau tadi ayu berkata jujur kalau ayu ingin pergi ke kota tua, pasti ibu enggak akan izinin ayu, padahal ayu kepengen menghadiri acara itu” ujarku sambil meneteskan air mata. Ibuku akhirnya agak luluh dengan perkataan jujur dari mulutku ya,, walau terlambat untuk mengatakan yang sejujur-jujurnya. “oh.. ya sudah ibu kali ini maafkan ayu tapi ibu mohon untuk ayu, supaya gak akan mengulangi hal seperti ini lagi. Karna ibu dari tadi sangat khawatir dengan ayu gak minta izin gini selain itu pulangnya juga malam. Seperti itu ya, jangan di ulangi lagi!!”.
  Setelah itu ibu menjelaskan sesuatu kepadaku tentang mengapa ia tidak mengizinkan aku untuk pergi jauh-jauh. Intinya ibu ku tidak mau terjadi suatu hal yang buruk kepadaku karna baginya aku adalah harta yang paling berharga di dalam hidupnya. Dan aku pun meminta maaf kepada ibu ku, dan ibu ku pun memaafkan aku tetapi aku tidak boleh membohonginya lagi. Keesokan harinya di sekolah, teman sebangku ku yang bernama aqif bertanya kepadaku “yu, kenapa muka kamu muram terus cemberut gitu lagi. Cerita dong ada apa? ada masalah sama bara ya? Atau apa nih..” ujarnya meledek kepada ku.
  Bara adalah seorang cowok yang aku sayang dan mengisi hatiku sejak MTs sampai sekarang. Aku pernah di beri tahu oleh temannya kalau si dia itu juga sayang sama aku. Di saat itu aku pengen sekali mempunyai hubungan yang lebih dengannya yaitu menjadi sepasasang kekasih. Tapi sialnya aku, saat aku sudah bener-bener sayang sama dia ternyata ada orang ketiga yang menghalangiku dengannya, mau tahu siapa yang menjadi orang ketiganya. Orang ketiganya ternyata sahabatku sendiri namanya Geni bahkan aku sudah menganggapnya sebagai saudaraku sendiri.
  Pada saat itu si Geni mencoba memperenggang hubungan pertemananku dengan bara yang hampir menjadi lebih dari sekedar pertemanan akhirnya tidak ada harapan lagi bagiku untuk menjalin cinta dengannya karena orang ketiga itu telah merenggut bara dari hatiku. Aku sadar memang anak remaja sepertiku belum boleh untuk berpacaran, itu juga kata-kata yang di lontarkan ibuku kepadaku “belum boleh pacaran!” gitu katanya. Namun, aku tahu kok batasan-batasan orang berpacaran itu sebagaimana mestinya pacaran yang sehat-sehat aja. Tetapi aku nggak bisa bohongin diri aku sendiri kalau aku memang sayang sama Bara.
  Saat liburan ke Bali, mereka jadian dalam arti kata mereka berpacaran. Pertama sih aku sempat kesal dengan keadaan asmara aku yang tadinya hampir bahagia tapi kenyataannya malah kebalikan dari semua yang ku anggap bahagia. Namun, saat aku sudah di MAN Bara dan Geni sudah mengakhiri hubungan mereka di karenakan, si Geni akan melanjutkan pendidikannya di kampungnya.
  Tapi sekarang-sekarang ini aku sama Bara mulai dekat lagi seperti dahulu di MTs, senang sih bisa dekat sama dia lagi tapi ini lah masalahnya. Karena aku sama Bara tergabung dalam suatu ekskul di sekolah, aku sama Bara jadi seperti patner kerja saja nggak lebih dan nggak kurang. Terus juga, kami jadi disibukan oleh kegiatan-kegiatan ekskul tersebut.
  Aku menjawab pertanyaan Aqif “ya, itulah qif aku tuh masih mempertanyakan, sebenernya itu apa sih isi hatinya Bara? Apa dia masih memikirkan mantannya yang dulu, atau yang lain? Aku jadi dibinggunkan sama cinta nih jadinya.. bantuin aku nyelesaiin ini dong, please” nadaku binggung dan berusaha membujuk Aqif untuk bisa membantuku. “ya.. gimana ya, emang aku bisa bantu kamu apa? Ya.. aku tahu si seluk beluk kamu sayang sama Bara, tapi bantuinnya apa ya.. mmm???” jawab Aqif. “ya itulah bantuin aku supaya aku bisa tahu apa isi hati Bara terus Bara itu sebenernya menganggap aku ini seperti apa? Teman, sahabat, atau lebih?” jawabku menegaskan Aqif. “okelah kalau begitu, aku insya Allah bisa bantu kamu sobat” kata Aqif sambil mengangkat alis bagian kirinya untuk bisa membuat aku jadi percaya padanya.
  Teman curhat aku itu Aqif, maka dari itu Aqif tahu seluk beluk aku sayang sama Bara itu seperti apa. Maka dari itu juga aku meminta tolong banget untuk Aqif jadi mata-mata aku untuk mengetahui semua tentang Bara yang aku minta sama Aqif. Aku binggung banget kadang sama isi hati aku kenapa sih aku bisa tahan lama untuk suka, sayang, dan cinta sama Bara. Padahal kalau dilihat apa yang terjadi dulu aku sempat berfikir “aku tuh bodoh sekali masih aja nunggu dan menunggu sampai Bara bisa jadi pacarku, padahal kan dia pernah jadian sama temen dekatku sendiri dan Bara itu menurut teman-teman selalu Lebay padahal menurutku sepertinya dia bukan Lebay tapi kelakuan dia masih kekanak-kanakan. Aku yakin mungkin kelakuan yang kekanak-kanakannya itu dapat diubah perlahan tapi pasti kok.”
  Sekarang-sekarang ini aku memberanikan diri untuk curhat sama ibuku karena biasannya aku selain curhat sama teman-teman dekatku atau sahabatku, aku suka curhat sama pembantuku tapi pembantuku sekarang udah gak kerja lagi di rumahku. Aku sekarang kalau di rumah sering kali curhat sama ibuku, sekarang ibu sudah mengerti kalau aku ini udah remaja yang hampir matang jadi mungkin beliau berfikir kalau belajar untuk mencintai seseorang itu penting untuk pengalamanku kedepannya biar nggak dibohongi oleh cinta dan nggak gampang di bodohi oleh laki-laki. “ayu boleh pacaran, tapi ingat ayu masih menjadi seorang pelajar yang sebagaimana mestinya kegiatan ayu juga pasti belajar, dan berusaha meraih prestasi jadi, okelah pacaran tapi pada saat pacaran nanti nggak boleh menggangu pelajaran ayu!” ujar ibu menegaskan padaku dan mengingatkan aku. Jadi saat aku curhat sama ibu tentang bagaimana aku menyayangi Bara, lama kelamaan ibu pun jadi memperbolehkan aku berpacaran dengan Bara tapi kalau selain Bara ibu nggak memperbolehkanku untuk sekarang ini karna usiaku baru lima belas tahun. Karena kan aku suka curhat tentang sifat-sifat, kelakuan-kelakuan baik atau buruknya pada ibu, jadi otomatis ibu tahu siapa Bara sejelas-jelasnya. Hal ini juga sih yang membuat aku nyaman jadi anak semata wayang mereka.
  Keesokan harinya, aku ada pelatihan ekskul dimana aku dan Bara mengikutinya, dan aku terkejut karena nggak biasanya Bara dekat-dekat aku duduknya malah tepat sekali di sampingku, “wah jantungku berdetak kencang seperti lonceng sapi kalau lagi lari sapinya, huff..” kataku dalam hati sambil menghembuskan nafas yang keluar dari mulut dengan panjang. Pepatah mengatakan “inilah namanya kalau orang sedang jatuh cinta, beraneka ragam rasanya.” Kayak permen nano nano. Aku juga merasa aneh dengan gelagat Bara yang seperti tidak biasanya ia lakukan terhadapku, satu lagi di sering kali Caper (cari perhatian) di depan ku sampai-sampai terkadang aku jadi suka ilfil (ilang filling) sama dia kalau lagi kambuh kelakuan kekanak-kanakannya itu, “ampun deh..” gerutu ku kalau lagi lihat dia kambuh.
  Padahal ayahku berpesan kalau cari pacar itu jangan yang kekanak-kanakan soalnya takut nyusahin aku apalagi aku anak yang manja banget ditambah lagi cengengnya, banget-benget. Tapi kenyataanya aku suka sama cowok yang keadaanya dan kelakuannya seperti itu, mau bagaimana lagi kalau emang udah cinta. Kadang kalau urusan percintaan sih, sebenernya aku kurang begitu mengerti dengan cinta tapi yang aku tahu cinta itu seperti bagaimana cara yang lebih untuk menyayanginya dan ikut senang kalau seseorang yang kita cintai sedang bersenang hati, dan cinta itu adalah pengorbanan diri untuk tetap mencintai cinta.”
  Okelah, untuk kali ini aku dapat menyimpulkan, bahwa aku masih remaja yang hampir matang jadi kalau hanya suka-sukaan, sayang-sayangan, cinta, dan apalah seputar bahasa lain dari cinta. Aku tetap memilih untuk belajar, belajar, dan belajar. Ya mungkin boleh lah untuk mencari pengalaman dari percintaan dan ada benarnya juga lagi semua apa kata ibu. Aku yakin yang namanya jodoh atau percintaan itu udah pastilah Allah yang mengaturnya, kita yang menjalankannya.
  Masih ada lagi nih nggak enaknya jadi anak semata wayang, kalau ayah sama ibu lagi berantem, duh rumah udah kayak medan perang berisik banget dirumah rasanya “jeger jeger jeger.” Udah seperti pistol perang yang saling tembak menembakan peluru dan rudalnya. Kadang nggak di habis fikir kenapa ibu tuh sama ayah berantem padahal kan mereka udah punya aku, kadang dalam masalah ibu dan ayah, malah aku yang jadi penengah antara keduanya dan berhasil membuat mereka damai. Tapi mengapa tingkah mereka kalau sedang berantem seperti anak kecil lagi main berantem-beranteman ya?. Mungkin itu semua yang dapat menjawabnya hanya ibu dan ayahku saja, aku masih belum mengerti tentang masalah orang dewasa yang sudah berumah tangga dan mempunyai anak yang semata wayang seperti keluargaku ini.
  Dalam pergaulanku sebetulnya aku banyak juga punya teman-teman yang senasib denganku, tentunya jadi anak semata wayang. Setelah aku perhatikan, ternyata anak semata wayang itu nasibnya rata-rata hampir sama dengan anak semata wayang lainnya juga, ya aku ini lah.
  Tapi aku juga banyak punya teman-teman yang mempunyai saudara-saudara lebih dari dua bahkan ada yang tujuh bersaudara, aku juga sering kali berbagi cerita tantang diriku yang menjadi anak semata wayang banyak juga yang bertanya “ayu enak ga sih jadi anak semata wayang? Kenapa kamu gak minta adik aja ke ibu sama ayah kamu?” tanya teman-temanku yang penasaran ingin mengetahui itu semua. Ku jawab “ya jadi anak semata wayang itu ada enaknya ada gaknya juga sih, tapi kalau udah sering di jalani udah kayak kehidupan yang harus menuntutku untuk menjalani nasibku menjadi anak semata wayang dari ibu dan ayah.”
  Sepintas aku berfikir “bagaimana ya menjalani hidup jadi anak yang mempunyai saudara kandung, punya kakak, adik. Pegen banget sih punya adik dan kakak tapi gmn dong emg mungkin harus sendiri.” Ujarku dalam hati. Saudara-saudara aku seperti tante, om, sepupu laki-laki dan perempuan selalu bilang “kenapa sih kamu gak mau punya adik?” tanya kakak sepupuku yang bernama iney dengan nada suara yang agak sedikit mengejekku secara halus. Ku jawab dengan nada agak kesal “ya mau minta gimana sih orang yang ngelahirin aja ibu masa ayu sih, aneh-aneh aja deh kakak ney!”. “ya bilangin dong bikin anaknya pakai adonan tepung terigu pake choco chips terus pakai cream udah deh jadi, hahaha..” Ledekan om ku saat menimpali pembicaraan aku dengan kakak iney.
  Sering kali aku kesal dengan semua ledekan seperti itu yang secara nggak langsung menghinaku dengan kata-kata yang halus dan lembut. Mungkin mereka menganggap kalau ledekan mereka itu hanya ledekan bercanda atau semacam candaan. Tapikan aku bukan untuk jadi bahan tertawaan mereka semua yang udah pernah bilang ini itulah.
  Pokoknya jadi anak semata wayang itu Enak Gak Enak deh.. kadang bikin kesel, seneng, bosan, sepi, gembira, dan merasakan kasih sayang yang lebih dari pada yang punya saudara kandung. Mungkin semuanya ini adalah bekal pelajaran di kehidupan yang akan datang.
Thank's for the readers.. :)
NB: semua yang ku tuliskan adalah pengalamanku, ada yang di modifikasi dan sedikit campuran imajenasi.
_The End_

0 komentar:

Posting Komentar