Bagaimana Membangun Integritas dalam Organisasi?
Organisasi merupakan pengelompokkan
orang-orang kedalam aktivitas kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Menurut Sutarto (1985) bahwa organisasi adalah
sistem yang saling berpengaruh antar orang dalam kelompok yang bekerjasama untuk
mencapai tujuan tertentu. Dalam konteks definisi tersebut, suatu organisasi
harus memiliki integritas (baik pemimpin maupun bawahan) dalam mengelola
otoritas yang bersifat regulatif, untuk mencapai tujuan bersama.
Integritas merupakan pondasi dalam merancang
kinerja yang optimal diseluruh aspek organisasi. Inilah yang menjadi pokok
terbentuknya kerjasama yang solid dalam tubuh organisasi. Integritas tidak
hanya menjadi pegangan bagi seorang pemimpin dalam bertindak, tapi juga
bagaimana integritas itu totalitas bagi seluruh anggota dan bawahan, sehingga
kebulatan akan terintegrasi dalam tujuan organisasi tersebut.
Dalam kehidupan berorganisasi, setiap
orang ingin menjadi pemimpin. Hal ini wajar, karena menyangkut cita-cita dan
potensi yang dimiliki. Namun, kepemimpinan hanya akan menghancurkan tatanan
progres dalam organisasi jika disalahgunakan hanya untuk kepentingan individu
semata. seperti yang ditulis dalam buku “Mengembangkan Kepemimpinan di
Dalam Diri Anda” karangan John C. Maxwell, integritas adalah
faktor kepemimpinan yang paling penting.
Agar menjadi suatu prestisitas dan kebanggaan dalam meraih tujuan yang
ingin dicapai bersama.
Memahami Pentingnya
Integritas dalam Organisasi
Apa itu integritas ? mengapa integritas
begitu besar pengaruhnya dalam organisasi ? berikut definisi integritas menurut
para ahli :
-Stephen R. Covey-
Integritas adalah konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan"
-Denis Waitley-
'Integritas berarti kita melakukan apa yang kita lakukan karena hal
tersebut benar dan bukan karena sedang digandrungi orang atau sesuai dengan
tata krama. Gaya hidup, yang tidak tunduk kepada godaan yang memikat dari sikap
moral yang mudah, akan selalu menang."
-Arthur Gordon-
"Dalam matematika, sebuah bilangan bulat adalah bilangan yang tidak
dipecah-pecah menjadi pecahan. Demikian pula, orang yang penuh integritas tidak
bisa dibagi-bagi menjadi beberapa sosok. Dia bukan orang munafik sehingga dia
tidak pernah berbenturan dengan prinsip yang dianutnya."
-David J. Mahoney-
"Orang menonjol dalam kelompok orang menunjukkan bahwa dia memiliki
perangkat nilai sendiri dan sangat sadar akan harga dirinya. Di saat gagasan
yang paling bertolak belakang menghalau sejumlah orang, dan luapan berbagai
pendirian menghanyutkan sebagian orang lainnya, dia akan tetap berdiri."
-Marthin Luther King Jr-
"Waktunya selalu tepat untuk melakukan hal yang benar."
-Freya Stark-
"Tidak ada kebahagiaan jika hal-hal yang kita yakini berbeda dengan
hal-hal yang kita lakukan."
Tidak dapat dibayangkan seandainya dalam
organisasi, tidak menjunjung tinggi integritas, maka akan terjadi kekacauan,
konflik kepentingan, bahkan kehancuran suatu organisasi. Kejujuran, kewibawaan
dan karismatik akan tumbuh apabila seorang pemimpin atau bawahan memegang teguh
integritas dalam dirinya. Seperti cerita ilustrasi diatas, baik pemimpin maupun
bawahan harus memiliki prinsip yang mencerimkan integritas, sebagai proses
aktualisasi diri. Seorang pemimpin harus memiliki konsistensi dalam menjalankan
otoritasnya, sehingga mampu memotivasi bawahan untuk menjalankan tugasnya
dengan baik dan maksimal. Begitu juga sebaliknya, seorang bawahan harus
memegang kejujuran, prinsip dan sikap normatif dalam menjalankan perintah
atasan, sehingga tidak terjadi penyelewengan dari regulasi yang tertata, atau
hanya sekedar “yang penting atasan senang”. Apabila hal itu terjadi, maka
kejujuran akan “mati”, dan tumbuh sikap mental yang “menghalalkan segala cara”,
yang berakibat runtuhnya kepercayaan, tatanan regulasi, komitmen, prinsip,
kewibawaan, konsistensi dan seluruh pondasi yang membangun suatu organisasi.
Inilah tugas berat yang harus di genggam bersama oleh setiap substansi dan
bagian sebagai satu afiliasi yang kuat, yaitu menumbuhkan integrasi dari lubuk sanubari
yang paling dalam.
Dengan pemikiran diatas, maka “Integritas”
menjadi kunci kepemimpinan, “bagaimana ia membuat keputusan yang benar pada
waktu yang benar” dalam bersikap dan berperilaku karena disitulah terletak
pondasi dalam membangun kepercyaan dan hubungan antara individu dalam
organisasi. Dimana kita memperhatikan legalitas dan prosedur yang harus
ditempuh, namun yang lebih penting “Integritas” seseorang dapat menuntun mana
yang jujur dan yang tidak jujur yang tidak mudah di kacaukan hal-hal yang
bersifat formal tapi dapat menyesatkan.
Jadi kepemimpinan (hubungan antara
pemimpin dan yang dipimpin) yang memiliki “intergritas”, maka ia menyadari
benar bahwa rimba hukum memang tidak pernah jelas, itu tidak berarti ia akan
mempergunakan dengan dalih kekuasaan untuk ikut bermain dalam arena tersebut,
karena ia akan menolak untuk ikut serta dalam persaingan yang tidak sehat,
walaupun hal itu merupakan tugas yang akan dilaksanakannya. Oleh karena ia
dalam bersikap dan berperilaku tidak akan melepaskan diri dari membuat suatu
keputusan yang adil dan objektif. Integritas akan diuji oleh keadaan-keadaan
yang menuntut sikap kejujuran dan profesionalitas, sebagai manajemen yang
intuitif.
Membangun Integritas Kepemimpinan dalam
Organisasi
Kita bisa mengamati
kadar integritas seorang pemimpin lewat keyakinan anak buah atau orang yang
dipimpinnya tentang ide-idenya. Kalau bawahan atau orang yang dipimpinnya
menanggapi ide-ide itu dengan antusias, berarti ia telah mendapat kepercayaan
dari mereka.
Seperti yang telah
diungkapkan diatas, integritas berarti kesesuaian antara ucapan dan tindakan
yang dilakukan oleh seseorang. Hal ini berlaku untuk semua orang termasuk
pemimpin. Bila integritas seorang pemimpin terjaga dengan baik, maka
kepercayaan orang terhadapnya akan meningkat. Dan semakin pemimpin dipercaya,
semakin besar orang akan membiarkan dirinya dipengaruhi oleh si pemimpin. Dan
semakin besar pengaruh seorang pemimpin semakin efektif ia akan menjadi
pemimpin, dan semakin termotivasi bawahan atau anggota untuk menanggapi setiap
kebijakan dan otoritas yang dibangun oleh pemimpin.
Setiap individu tentu memiliki integritas
dalam dirinya. Hanya saja sebagian tidak menyadari akan pentingnya integritas
dalam membangun prestis dirinya. Jika integritas telah tertanam kuat pada diri
individu, maka segala tindakan yang diambil akan bersifat intuitif. Apa gunanya
pangkat, jabatan, kebesaran, jika dalam memimpin tidak memiliki integritas.
Maka segala yang dilakukan hanyalah “formalitas” belaka. Kepercayaan akan
luntur seketika jika melihat pemandangan seorang pemimpin yang egosentris,
tidak memiliki komitmen, dan konsistensi dalam membangun instansi atau
organisasi yang dipimpinnya. Para anggota atau bawahan tidak akan patuh pada
pemimpin yang mentalnya sepeti ini, malah akan timbul cercaan, dan perlawanan
yang keras kepada pemimpin. Karakter-karakter individu seperti ini hanya akan
menambah panjang daftar pemimpin-pemimpin yang “bobrok” mental jiwanya. Untuk
itu, mari bersama-sama membangun integritas dalam diri kita, dari dalam lubuk
sanubari yang paling dalam. Integritas adalah dasar dari karakter yang unggul,
karakter yang unggul akan selalu menumbuhkan motivasi, dan motivasi akan
membangkitkan “raksasa” dalam diri untuk kinerja yang terbaik. Untuk kalimat
terakhir, saya mengutip sebuah makna integritas dari tokoh demokrasi Afrika
Selatan, peraih nobel perdamaian 1993, Nelson Mandela ; “Memimpinlah
dari belakang dan doronglah anak buah didepan ketika Anda merayakan kemenangan.
Pindahlah kegaris depan saat bahaya datang. Orang-orang pasti akan menghormati
Anda”.
SUMBER:
0 komentar:
Posting Komentar