Selasa, 06 Mei 2014

MEMBANGUN INTEGRITAS DALAM ORGANISASI


Bagaimana Membangun Integritas dalam Organisasi?
Organisasi merupakan pengelompokkan orang-orang kedalam aktivitas kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Sutarto (1985) bahwa organisasi adalah sistem yang saling berpengaruh antar orang dalam kelompok yang bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam konteks definisi tersebut, suatu organisasi harus memiliki integritas (baik pemimpin maupun bawahan) dalam mengelola otoritas yang bersifat regulatif, untuk mencapai tujuan bersama.
Integritas merupakan pondasi dalam merancang kinerja yang optimal diseluruh aspek organisasi. Inilah yang menjadi pokok terbentuknya kerjasama yang solid dalam tubuh organisasi. Integritas tidak hanya menjadi pegangan bagi seorang pemimpin dalam bertindak, tapi juga bagaimana integritas itu totalitas bagi seluruh anggota dan bawahan, sehingga kebulatan akan terintegrasi dalam tujuan organisasi tersebut.
Dalam kehidupan berorganisasi, setiap orang ingin menjadi pemimpin. Hal ini wajar, karena menyangkut cita-cita dan potensi yang dimiliki. Namun, kepemimpinan hanya akan menghancurkan tatanan progres dalam organisasi jika disalahgunakan hanya untuk kepentingan individu semata. seperti yang ditulis dalam buku “Mengembangkan Kepemimpinan di Dalam Diri Anda” karangan John C. Maxwell, integritas adalah faktor kepemimpinan yang paling penting.
Agar menjadi suatu prestisitas dan kebanggaan dalam meraih tujuan yang ingin dicapai bersama.
Memahami Pentingnya Integritas dalam Organisasi
Apa itu integritas ? mengapa integritas begitu besar pengaruhnya dalam organisasi ? berikut definisi integritas menurut para ahli :
-Stephen R. Covey-
Integritas adalah konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan"
-Denis Waitley-
'Integritas berarti kita melakukan apa yang kita lakukan karena hal tersebut benar dan bukan karena sedang digandrungi orang atau sesuai dengan tata krama. Gaya hidup, yang tidak tunduk kepada godaan yang memikat dari sikap moral yang mudah, akan selalu menang."
-Arthur Gordon-
"Dalam matematika, sebuah bilangan bulat adalah bilangan yang tidak dipecah-pecah menjadi pecahan. Demikian pula, orang yang penuh integritas tidak bisa dibagi-bagi menjadi beberapa sosok. Dia bukan orang munafik sehingga dia tidak pernah berbenturan dengan prinsip yang dianutnya."
-David J. Mahoney-
"Orang menonjol dalam kelompok orang menunjukkan bahwa dia memiliki perangkat nilai sendiri dan sangat sadar akan harga dirinya. Di saat gagasan yang paling bertolak belakang menghalau sejumlah orang, dan luapan berbagai pendirian menghanyutkan sebagian orang lainnya, dia akan tetap berdiri."
-Marthin Luther King Jr-
"Waktunya selalu tepat untuk melakukan hal yang benar."
-Freya Stark-
"Tidak ada kebahagiaan jika hal-hal yang kita yakini berbeda dengan hal-hal yang kita lakukan."
Tidak dapat dibayangkan seandainya dalam organisasi, tidak menjunjung tinggi integritas, maka akan terjadi kekacauan, konflik kepentingan, bahkan kehancuran suatu organisasi. Kejujuran, kewibawaan dan karismatik akan tumbuh apabila seorang pemimpin atau bawahan memegang teguh integritas dalam dirinya. Seperti cerita ilustrasi diatas, baik pemimpin maupun bawahan harus memiliki prinsip yang mencerimkan integritas, sebagai proses aktualisasi diri. Seorang pemimpin harus memiliki konsistensi dalam menjalankan otoritasnya, sehingga mampu memotivasi bawahan untuk menjalankan tugasnya dengan baik dan maksimal. Begitu juga sebaliknya, seorang bawahan harus memegang kejujuran, prinsip dan sikap normatif dalam menjalankan perintah atasan, sehingga tidak terjadi penyelewengan dari regulasi yang tertata, atau hanya sekedar “yang penting atasan senang”. Apabila hal itu terjadi, maka kejujuran akan “mati”, dan tumbuh sikap mental yang “menghalalkan segala cara”, yang berakibat runtuhnya kepercayaan, tatanan regulasi, komitmen, prinsip, kewibawaan, konsistensi dan seluruh pondasi yang membangun suatu organisasi. Inilah tugas berat yang harus di genggam bersama oleh setiap substansi dan bagian sebagai satu afiliasi yang kuat, yaitu menumbuhkan integrasi dari lubuk sanubari yang paling dalam.
Dengan pemikiran diatas, maka “Integritas” menjadi kunci kepemimpinan, “bagaimana ia membuat keputusan yang benar pada waktu yang benar” dalam bersikap dan berperilaku karena disitulah terletak pondasi dalam membangun kepercyaan dan hubungan antara individu dalam organisasi. Dimana kita memperhatikan legalitas dan prosedur yang harus ditempuh, namun yang lebih penting “Integritas” seseorang dapat menuntun mana yang jujur dan yang tidak jujur yang tidak mudah di kacaukan hal-hal yang bersifat formal tapi dapat menyesatkan.
Jadi kepemimpinan (hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin) yang memiliki “intergritas”, maka ia menyadari benar bahwa rimba hukum memang tidak pernah jelas, itu tidak berarti ia akan mempergunakan dengan dalih kekuasaan untuk ikut bermain dalam arena tersebut, karena ia akan menolak untuk ikut serta dalam persaingan yang tidak sehat, walaupun hal itu merupakan tugas yang akan dilaksanakannya. Oleh karena ia dalam bersikap dan berperilaku tidak akan melepaskan diri dari membuat suatu keputusan yang adil dan objektif. Integritas akan diuji oleh keadaan-keadaan yang menuntut sikap kejujuran dan profesionalitas, sebagai manajemen yang intuitif.

Membangun Integritas Kepemimpinan dalam Organisasi
Kita bisa mengamati kadar integritas seorang pemimpin lewat keyakinan anak buah atau orang yang dipimpinnya tentang ide-idenya. Kalau bawahan atau orang yang dipimpinnya menanggapi ide-ide itu dengan antusias, berarti ia telah mendapat kepercayaan dari mereka.
Seperti yang telah diungkapkan diatas, integritas berarti kesesuaian antara ucapan dan tindakan yang dilakukan oleh seseorang. Hal ini berlaku untuk semua orang termasuk pemimpin. Bila integritas seorang pemimpin terjaga dengan baik, maka kepercayaan orang terhadapnya akan meningkat. Dan semakin pemimpin dipercaya, semakin besar orang akan membiarkan dirinya dipengaruhi oleh si pemimpin. Dan semakin besar pengaruh seorang pemimpin semakin efektif ia akan menjadi pemimpin, dan semakin termotivasi bawahan atau anggota untuk menanggapi setiap kebijakan dan otoritas yang dibangun oleh pemimpin.

Setiap individu tentu memiliki integritas dalam dirinya. Hanya saja sebagian tidak menyadari akan pentingnya integritas dalam membangun prestis dirinya. Jika integritas telah tertanam kuat pada diri individu, maka segala tindakan yang diambil akan bersifat intuitif. Apa gunanya pangkat, jabatan, kebesaran, jika dalam memimpin tidak memiliki integritas. Maka segala yang dilakukan hanyalah “formalitas” belaka. Kepercayaan akan luntur seketika jika melihat pemandangan seorang pemimpin yang egosentris, tidak memiliki komitmen, dan konsistensi dalam membangun instansi atau organisasi yang dipimpinnya. Para anggota atau bawahan tidak akan patuh pada pemimpin yang mentalnya sepeti ini, malah akan timbul cercaan, dan perlawanan yang keras kepada pemimpin. Karakter-karakter individu seperti ini hanya akan menambah panjang daftar pemimpin-pemimpin yang “bobrok” mental jiwanya. Untuk itu, mari bersama-sama membangun integritas dalam diri kita, dari dalam lubuk sanubari yang paling dalam. Integritas adalah dasar dari karakter yang unggul, karakter yang unggul akan selalu menumbuhkan motivasi, dan motivasi akan membangkitkan “raksasa” dalam diri untuk kinerja yang terbaik. Untuk kalimat terakhir, saya mengutip sebuah makna integritas dari tokoh demokrasi Afrika Selatan, peraih nobel perdamaian 1993, Nelson Mandela ; “Memimpinlah dari belakang dan doronglah anak buah didepan ketika Anda merayakan kemenangan. Pindahlah kegaris depan saat bahaya datang. Orang-orang pasti akan menghormati Anda”.

SUMBER:

0 komentar:

Posting Komentar